Kalau memahami konflik
ini hanya secara lokal dan temporer, yakinlah Anda akan tersesat dalam
frustasi. Kondisi Ummat Islam di jaman modern yang penuh kesulitan dan
derita, merupakan bagian dari konflik ini. Yahudi sendiri adalah bangsa
“terkuat di dunia”, dalam arti: merekalah
satu-satunya ras manusia yang
berani konfrontatif melawan kehendak Allah Ta’ala.
Sejarah Bangsan Yahudi
Ketika melihat konflik
Palestina-Israel, kita perlu merunut kembali catatan-catatan perjalanan
sejarah di masa lalu. Disana kita akan menemukan bahan-bahan untuk
memahami peta konflik ini secara utuh. Jika tidak demikian, maka kita
hanya akan “konsumen terbaik” berita-berita media massa seputar konflik
ini. Bayangkan semua ini sudah dimulai sejak era Perang Arab, pembakaran
Masjid Aqsha, tragedi Sabra Satila, Intifadhah akhir 80-an, tragedi Al
Khalil Hebron, penembakan Muhammad Ad Durrah, pembunuhan Syaikh Ahmad
Yasin dan Abdul Aziz Rantisi, dll. Hingga sampai serangan Israel saat
ini (Mavi Maran).
Mari kita runut latar-belakang historis fitnah Yahudi di dunia, dengan memohon petunjuk dan pertolongan Allah Ta’ala:
1] Bani Israil pada
dasarnya masih keturunan Ibrahim ‘alaihissalam. Ibrahim memiliki dua
anak, Ismail dan Ishaq ‘alaihimassalam. Ismail nanti menurunkan
keturunan bangsa Arab Adnani, lalu Ishaq mempunyai anak Ya’qub
‘alaihissalam. Nah, Ya’qub inilah yang kemudian disebut Israil, sehingga anak-anak Ya’qub di kemudian hari disebut Bani Israil.
2] Saat berbicara
tentang Bani Israil, perhatian kita segera tertuju kepada anak-anak
Ya’qub. Mereka adalah Yusuf ‘alaihissalam, Benyamin, dan 11 saudara
Yusuf. Semuanya berjumlah 13 orang; sama jumlahnya dengan matahari,
bulan, dan 11 bintang yang terlihat dalam mimpi Yusuf sedang bersujud
kepadanya. Karena itu angka 13 merupakan “angka keramat” bagi Yahudi
sampai saat ini. Banyak logo-logo perusahaan top dunia dibuat dari
karakter 13 ini.
[3] Secara umum, Bani
Israil itu mewarisi dua sifat besar, yaitu: sifat keshalihan dan sifat
durjana. Sifat keshalihan diturunkan dari garis Yusuf ‘alaihissalam.
Sedangkan sifat durhaka diturunkan dari sifat saudara-saudara Yusuf
(seayah berbeda ibu). Disana sudah tampak bakat-bakat kelicikan, dengki,
kebohongan, dan sebagainya. Tetapi itu sebatas potensi, bukan
kemutlakan takdir. Apalagi, di akhir hayat Ya’qub, seluruh anak-anaknya
tunduk dalam agama tauhid. (Qs.Al Baqarah: 133). Saat berbicara
tentang Bani Israil, sebagian orang sangat shalih dan sebagian sangat
durhaka. Namun setelah kedatangan Islam, Bani Israil tidak diperkenankan
lagi mengikuti agama selain Islam. Jika mereka tidak masuk Islam,
dianggap durhaka seluruhnya, tidak ada toleransi sedikit pun. (Qs Ali Imran: 85).
[4] Perjalanan sejarah
Bani Israil dimulai ketika Yusuf ‘alaihissalam bersentuhan dengan
peradaban Mesir. Waktu itu atas jasa Yusuf membantu bangsa Mesir, mereka
diberi lahan luas oleh penguasa Mesir di wilayah Kan’an. Disana Ya’qub
dan anak-keturunannya mulai membangun kehidupan. Mereka memilih tinggal
di Kan’an sebab dekat dengan Mesir yang makmur, sedang di tempat asalnya
sering dilanda paceklik. Namun setelah ditinggal oleh Ya’qub dan Yusuf,
nasib Bani Israil menjadi bulan-bulanan bangsa Mesir. Hal itu bisa
terjadi karena sifat buruk Bani Israil sendiri atau sifat menindas
bangsa Mesir. Tetapi kalau mencermati sikap penguasa Mesir yang bersikap
sportif kepada Yusuf, kemungkinan hal itu karena sifat Bani Israil
sendiri.
5] Era perbudakan Bani
Israil di Mesir sangat mengkhawatirkan. Bukan saja karena perbudakan itu
kejam, tetapi ia bisa menghancurkan karakter sebuah bangsa (Bani
Israil). Bayangkan, selama ratusan tahun mereka tertindas oleh sistem
tirani di Mesir. Bani Israil diberi anugerah berupa bakat-bakat
kecerdasan besar, dan manakala bakat itu dibesarkan di bawah sistem
perbudakan, ia bisa melahirkan penyimpangan mental dan pemikiran luar
biasa. Oleh karena itu Allah Ta’ala mendatangkan Musa dan Harun
‘alaihimassalam untuk menyelamatkan Bani Israil.. Musa tidak pernah
diperintahkan untuk memerangi Fir’aun, tetapi membawa Bani Israil
tinggal di Palestina (Qs Al A’raaf: 104-105)
6] Musa berhasil
membawa Bani Israil keluar dari Mesir, Fir’aun dan bala tentaranya
tenggelam di Laut Merah. Lalu mereka menetap di Ardhul Muqaddas (Palestina) setelah berhasil mengalahkan kaum Jabbarin di dalamnya (Qs Al Maa’idah: 20-26). Ini adalah peradaban mandiri Bani Israil kedua
setelah era Ya’qub dan Yusuf di wilayah Kan’aan. Musa dan Harun
mendampingi Bani Israil sampai saat mereka wafat. Ketika Musa masih
hidup, Bani Israil tidak henti-hentinya menguji kesabaran Musa
‘alaihissalam. Betapa banyak kasus-kasus kedurjanaan Bani Israil,
sekalipun di hadapan Nabinya sendiri, Musa dan Harun. Di antaranya:
Mereka menyuruh Musa dan Allah berperang di Palestina, sedang mereka mau
duduk-duduk saja; mereka meminta Musa agar membuatkan berhala untuk
disembah seperti suatu kaum tertentu; menyembah patung anak lembu dari
emas; mereka hendak membunuh Harun ‘alaihissalam karena selalu
menasehati mereka dan sebagainya.
7] Peradaban terakhir Bani Israil yang wujud di muka bumi adalah Kerajaan Nabi Sulaiman
‘alaihissalam di Palestina. Beliau adalah putra Nabi Dawud
‘alaihissalam dari salah satu isterinya. Nabi Dawud adalah seorang
pejuang yang berhasil membunuh Jalut (Goliath) di Palestina. (Oleh
karena itu bangsa Barat mengenal kisah “David and Goliath”). Beliau ikut
dalam pasukan Bani Israil di bawah pimpinan Thalut (Saul). Hal ini
terjadi di masa Nabi Samuel ‘alaihissalam. Al Qur’an menjelaskannya
dalam Surat Al Baqarah ayat 246-251.
[8] Kerajaan Sulaiman memiliki
keistimewaan, yaitu kekayaan materinya yang sangat besar. Ia terkenal
menjadi buruan manusia di dunia, sebagai harta terpendam “King Solomon”.
Sampai saat ini kekayaan itu masih menjadi misteri, apakah sudah
terkuak atau masih tersembunyi di balik permukaan bumi? Setelah masa
Kenabian Sulaiman berlalu, kerajaan Bani Israil semakin merosot. Sampai
akhirnya mereka dihancurkan oleh Nebuchadnezzar dari Kerajaan Babilonia. Peristiwa itu disebutkan dalam Surat Al Israa’ ayat 4-5.
[9] Setelah Bani Israil
tercerai-berai di Palestina, mereka menyebar ke berbagai belahan dunia.
Mereka pergi ke Eropa, ke Jazirah Arab, ke anak benua India, dan
sebagainya. Itulah yang kemudian dikenal dengan istilah diaspora.
Bani Israil tercerai-berai. Agar mendapat keamanan di Eropa, mereka
menjilat kepada para penguasa Romawi. Termasuk menghasut Romawi agar
memusuhi Isa ‘alaihissalam dan para pengikutnya. Kisah Ashabul Kahfi adalah sebagian pecahan dari para pengikut Isa Al Masih ‘alaihissalam.
[10] Perilaku Yahudi di
Jazirah Arab sangat menarik. Mereka datang ke Madinah bukan hanya
karena ingin menyelamatkan diri dari kekejaman Romawi. Tetapi mereka
juga berniat menjemput Kenabian terakhir yang akan datang setelah Musa
dan Isa ‘alaihimassalam. Mereka ingin “memaksakan” agar Kenabian itu
jatuh ke pangkuan mereka. Kenabian ini mereka butuhkan agar mampu
membangun kejayaan Bani Israil kembali seperti di jaman Musa dan
Sulaiman. Namun setelah mereka menyadari bahwa Kenabian tidak lagi di
pihak mereka, tetapi jatuh ke tangan bangsa Arab, mereka marah sekali.
[11] Yahudi Bani Israil
sangat marah ketika tahu bahwa Kenabian jatuh ke tangan bangsa Arab,
anak keturunan Ismail ‘alaihissalam. Itu pun turun di Makkah, bukan
Madinah tempat mereka tinggal disana. Yahudi telah habis-habisan dalam
menanti kedatangan Nabi penerus Musa ‘alaihissalam ini. Ratusan tahun
mereka tinggal di Madinah, melebur bersama budaya Arab, berbahasa Arab,
dan memberi nama anak-anaknya dengan istilah Arab, bukan istilah Hebrew
(Ibrani). Bahkan mereka ikut terlibat dalam konflik antara kabilah besar
Aus dan Khazraj di Madinah. Sebagian Yahudi membela Aus, sebagian
mendukung Khazraj.
[12] Kemarahan Yahudi akhirnya tertuju
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yahudi marah ketika Kenabian justru
jatuh ke tangan bangsa Arab (Qs Al Baqarah: 90). Apalagi dalam
Al Qur’an dijelaskan sangat banyak kebusukan-kebusukan Yahudi. Yahudi
merasa dibenci oleh Allah. Bahkan tanda-tanda kekecewaan itu sudah
muncul ketika Isa ‘alaihissalam diturunkan. Anda tahu bagaimana misi
Kenabian Isa? Salah satunya adalah: “Tidaklah aku diutus, melainkan
kepada domba-domba sesat dari kalangan Bani Israil.” Meskipun Isa adalah
bagian dari Bani Israil, tetapi kedatangannya membuat muram wajah kaum
Yahudi. Isa ternyata membawa Kitab Suci baru, yaitu Injil (bukan
mengikuti Taurat atau Tabut dari jaman Nabi-nabi sebelumnya). Isa juga
tidak henti-hentinya mengecam kejahatan perilaku Bani Israil. Isa
dianggap lebih dekat kepada murid-muridnya daripada ke kaum Bani Israil
sebagai sebuah etnik. Kemarahan itu semakin menjadi-jadi setelah
Kenabian terakhir jatuh ke tangan bangsa Arab (Qs Al Baqarah: 90).
[13] Kemudian terbukti
bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa
sallam tidak hanya menyalahkan perilaku jahat kaum Yahudi. Tetapi ia
juga menyebabkan kaum Yahudi tercabut akar-akarnya dari Jazirah Arab.
Sejak Islam datang, kabilah-kabilah Yahudi tersingkir, seperti kabilah
Nadhir, Qainuqa, Quraidhah, hingga benteng terakhir mereka di Khaibar.
[14] Setelah mengalami kekalahan berat di masa Nabi shallallah ‘alaihi wa sallam dan Khalifah-khalifah setelahnya, kaum Yahudi menyingkir dari Jazirah Arab.
Mereka bergabung dengan Yahudi-yahudi lain di Eropa. Dalam masa ratusan
tahun Yahudi menyebar di berbagai negara Eropa, seperti Spanyol,
Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, dan sebagainya.
[15] Kaum Yahudi dalam
mengembangkan komunitas, caranya sangat unik. Mereka tidak berbaur
dengan masyarakat setempat, bahkan mengharamkan asimilasi. Mereka
memelihara warisan-warisan agamanya, terutama membangun kesombongan
etnik sampai melampaui batas. Mereka menjalankan bisnis berbasis ribawi
dan mereka melakukan ritual-ritual pengorbanan. Dalam ritual
pengorbanan, mereka membunuh warga setempat untuk dikuras darahnya, lalu
dipakai untuk persembahan. Begitu kejamnya, sampai mereka membuat alat
semacam drum yang di dalamnya penuh dengan paku-paku. Di bagian bawah
ada saluran untuk mengalirkan darah. Orang yang dikorbankan, dimasukkan
drum itu, sampai tubuhnya penuh luka tertusuk paku, lalu darah mengucur
ke bawah. Ritual semacam ini kemudian terbongkar, sehingga Yahudi diusir
dari negara-negara tertentu di Eropa, salah satunya dari Spanyol. Spanyol melarang Yahudi tinggal di negerinya sampai saat ini, karena kekejaman mereka dalam soal ritual keji itu.
[16] Setelah terusir
dari Eropa, Yahudi kesekian kalinya menyebar ke negara-negara lain yang
masih mau menampung mereka. Kebetulan waktu itu rakyat Eropa sedang
mulai eksodus menuju benua Amerika yang baru ditemukan
oleh Columbus. Yahudi ikut di dalamnya. Sampai Amerika merdeka dari
tangan Inggris, Yahudi telah eksis di dalamnya. Hingga ketika itu
Benyamin Franklin mengingatkan bangsa Amerika tentang bahaya kaum
Yahudi. Dia menyebut Yahudi seperti bangsa “vampire” yang tidak bisa
damai dengan bangsa lain. Tepat sekali ucapan Benyamin Franklin, sebab
dia telah membaca sepak terjang Yahudi di Eropa. Namun sayang, bangsa
Amerika tidak memahami arti peringatan Benyamin Franklin tersebut,
sehingga apa yang dia takutkan sekitar 400 tahun silam, benar-benar
terjadi. Krisis finansial di Amerika saat ini adalah akibat nyata dari
sistem ekonomi ribawi Yahudi.
[17] Satu titik sejarah yang jarang diperhatikan oleh para ahli sejarah, yaitu kedatangan Yahudi ke wilayah Turki Utsmani.
Kejadian ini terpisah jarak sekitar 700 atau 800 tahun sejak era Nabi
shallallah ‘alaihi wa sallam. Tentu setelah masa selama itu, peristiwa
kejahatan Yahudi di Madinah telah dilupakan. Yahudi diterima dengan
tangan hangat di tengah-tengah masyarakat Turki Utsmani. Hal ini juga
merupakan aplikasi dari ajaran Islam yang memperbolehkan di dalamnya
orang Yahudi dan Nashrani tinggal, selama mereka membayar jizyah. Yahudi
tidak dianiaya di negeri ini, mereka diberi pelayanan dan penghormatan,
layaknya warga negara Islam. Di Turki Utsmani, Yahudi tidak melakukan
kebiasaan-kebiasaan bejat mereka. Yahudi berlaku baik. Tanpa diduga,
ternyata disinilah Yahudi mempersiapkan segala konsep-konsep kejahatan
global mereka. Kemurahan Khilafah Islam justru dimanfaatkan Yahudi untuk
mempersiapkan imperium kejahatan di seluruh dunia, seperti kita
saksikan saat ini.
[18] Berdirinya Israel tahun 1948
adalah impian besar Yahudi sejak jaman Musa, Dawud, Sulaiman, bahkan
jaman Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam. Yahudi sangat
membutuhkan “Kerajaan Bani Israil” untuk mengalahkan orang-orang kafir.
Mereka sebenarnya beriman kepada Allah, dalam arti mereka percaya bahwa
datangnya seorang Nabi akan membuat mereka mulia, dan musuh-musuhnya
dari kalangan orang kafir terkalahkan. Tetapi setelah jelas di mata
mereka bahwa Kenabian terkahir itu bukan untuk Bani Israil, maka mereka
tidak lagi menanti kedatangan seorang Nabi. Lalu apa yang mereka
lakukan? Mereka hendak mendirikan “Kerajaan Bani Israil” dengan kekuatan
tangan, otak, dan uang mereka sendiri. Dan hal itu berhasil, tahun 1948
lalu.
[19] Sebelum Yahudi memutuskan mendirikan negara di Palestina, waktu itu ada tiga pilihan tempat: Palestina, Agentina, atau Ethiopia.
Mengapa dipilih tiga negara ini? Jelas mereka telah melakukan
perhitungan yang sangat cermat. Namun pilihan akhirnya jatuh ke
Palestina, yang dekat dengan sumber-sumber peradaban Yahudi sendiri di
Yerusalem dan sekitarnya. Namun resikonya, disini akan menghadapi banyak
tantangan dari negara-negara tetangganya yang mayoritas Muslim. Untuk
itu jelas Yahudi harus mempersiapkan segala macam kekuatan, termasuk
mendidik agen-agen loyalisnya di negara-negara Arab.
[20] Sebuah pertanyaan menarik, mengapa selama puluhan tahun terjadi konflik berdarah di Palestina dan tidak selesai-selesai?
Jawabnya, selain karena memang “Kerajaan Bani Israil” merupakan
cita-cita peradaban Yahudi sejak ribuan tahun lalu; juga karena
banyaknya tangan-tangan non Yahudi yang membantu negara tersebut. PBB,
Amerika, Inggris, Rusia, IMF, World Bank, dll. jelas mengabdi
kepentingan Yahudi. Tetapi harus juga disadari banyak agen-agen Yahudi
yang tersebar di negara-negara Arab. Mereka setiap hari, siang dan malam
menyembah kepentingan Yahudi. Mereka adalah orang-orang kafir, meskipun
KTP-nya Islam.
[21] Dapat disimpulkan,
kaum Yahudi itu bukan para pemeluk agama Samawi (ajaran Ya’qub, Yusuf,
Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, Isa ‘alaihimussalam).
Mereka adalah orang-orang yang sangat arogan dengan etnisnya. Hakikat
agama Yahudi adalah: pemujaan terhadap etnis mereka sendiri! Tidak ada
satu pun ras manusia yang sangat ekstrim dalam soal etnis, selain
Yahudi. Begitu ekstrimnya sampai mereka berani menghina Allah, marah
ketika Isa membawa ajaran Injil, marah ketika Kenabian terakhir jatuh ke
tangan bangsa Arab. Mereka menulis “kitab suci” tandingan bagi Taurat
(Talmud), menyebut bangsa non Yahudi sebagai Ghaiyim, merusak kehidupan
di muka bumi. Mereka merasa mulia sebagai pewaris “darah biru”
Nabi-nabi, merasa diunggulkan atas semua ras manusia, pernah disumpah
langsung oleh Allah dengan diangkat bukit Tursina di atasnya, dan
lain-lain. Yahudi benar-benar mewarisi ideologi arogansi Iblis, makhluk yang pernah mendebat Allah Ta’ala: “Ana
khairun minhu, khalaqtani min naarin wa khalaqtahu min thiin” (aku
lebih baik dari dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah).
Yahudi Merusak Peradaban
Andai ambisi Yahudi
satu-satunya adalah ingin membentuk “Kerajaan Bani Israil” seperti di
masa Musa, Dawud, Sulaiman, apa susahnya membangun negara seperti itu?
Toh, mereka memiliki uang banyak, strategi canggih, serta SDM handal.
Tidak sulit bagi Yahudi membangun negara di sebuah sudut dunia. Selama
ini banyak negara-negara berdiri dengan modal lebih buruk dari Israel.
Negara seperti Bosnia, Chechnya, Kamboja, Myanmar, Timor Leste, dan
lainnya tidak memiliki persiapan semegah milik Yahudi. Lagi pula,
mengapa Israel harus mendirikan negara di Tanah Al Quds yang merupakan
wilayah milik Ummat Islam? Bahkan ia didirikan di jantung peradaban
Islam, di Timur Tengah.
Lalu siapa yang ingin dilawan Yahudi?
Mereka tidak sekedar ingin melawan Muslim Palestina, Hamas atau Syaikh
Ahmad Yasin, dunia Arab dan Ummat Islam sedunia, atau segala peradaban
manusia. Tetapi mereka ingin melawan Allah Ta’ala dengan segala kekuatan
yang mereka miliki. Yahudi adalah satu-satunya ras manusia yang berani
menghina Allah dengan ucapan mereka: “Tangan Allah terbelenggu.”
Kemudian mereka dikutuk oleh Allah karena perkataannya itu. (Qs Al Maa’idah: 64). Mereka pula yang berani mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu fakir dan kami kaya raya.” (Qs Ali Imran: 131). Disini ada dendam sejarah yang amat sangat parah di hati kaum Yahudi terhadap eksistensi agama Allah.
Maka janganlah heran dengan kezhaliman Yahudi saat ini di Palestina. Ia adalah sebagian penampakan atau konsekuensi dari dendam sejarah mereka.
Awalnya, Bani Israil hanyalah sebuah kaum dengan perilaku tertentu.
Perjalanan sejarah mereka yang sangat panjang melahirkan watak durjana
luar biasa. Dan ternyata, watak Bani Israil itu “telah disiapkan” untuk
menjadi cobaan di akhir jaman. Dulu para ahli tafsir merasa heran,
mengapa A Qur’an banyak sekali bicara tentang Yahudi? Padahal setelah
tercerai-berai di Madinah, mereka nyaris lenyap (mungkin karena eksodus
keluar dari negeri-negeri Islam). Karena itu sebaik-baik usaha untuk
melawan Yahudi adalah memahami sifat-sifat mereka dalam Al Qur’an. Dan
satu lagi, yakinlah bahwa serangan Israel ke kapal laut Mavi Marmara tersebut bukan serangan terakhir mereka. Itu hanya delay sebelum go with new aggression! Wallahu’alam [eramuslim]
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah membaca artikel blog ini dan untuk merekomendasikan artikel ini ke teman anda bisa pilih tombol share.